Sunday, November 22, 2015

PENYULIT FLEBOTOMI



DAFTAR ISI
   Halaman
Halaman judul
i
Daftar isi
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
BAB II. FAKTOR KHUSUS
3
A.    Pasien anak
3
B.     Pasien orang tua
5
C.     Pasien yang sulit berkomunikasi
7
D.    Pasien yang menolak flebotomi
8
BAB III. FAKTOR PENYULIT DALAM FLEBOTOMI
9
A.       Pasien luka bakar
9
B.        Pasien terpasang plester of paris atau gips
9
C.        Edema
9
D.       Hematoma
9
E.        Pasien post mastektomi
10
F.       Pasien dialisa
10
G.      Pasien yang sedang menerima transfusi
H.     Pasien yang terpasang infus
11
11
BAB IV. KONDISI PASIEN DALAM PENGOBATAN
12
A.       Antikoagulan
12
B.        Kemoterapi
12
BAB V. PEMILIHAN ALAT
13
BAB VI. PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA




BAB I.  PENDAHULUAN

      Prosedur flebotomi adalah merupakan tindakan yang biasa rutin dilakukan, tetapi ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang khusus, maka tindakan flebotomi harus tetap dilakukan secara profesional. Oleh karena itu seorang flebotomis diharapkan dapat menangani situasi tersebut sesuai dengan pedoman yang ada di fasilitas kesehatannya (Pendergraph & Pendergraph, 1998).
      Ada beberapa faktor yang terlibat dalam situasi yang khusus yaitu faktor pasien anak, pasien orang tua, pasien yang sulit untuk berkomunikasi dan pasien yang menolak flebotomi. Sedangkan faktor penyulit dalam flebotomi adalah pasien luka bakar, pasien yang terpasang plaster of paris atau gips, edema, hematoma, pasien post mastektomi, pasien dialysis, pasien yang sedang menerima transfusi dan pasien yang terpasang infus.
      Beberapa kondisi pasien yang mempengaruhi flebotomi adalah pasien dalam pengobatan antikoagulan dan pasien yang sedang menerima antikoagulan. Oleh karena itu perlu menentukan tempat yang terbaik untuk dilakukan flebotomi dan memilih alat yang sesuai dengan kondisi-kondisi tersebut.











BAB II.  FAKTOR KHUSUS

A.                Pasien Anak

      Melakukan pungsi vena pada pasien anak merupakan tantangan khusus dan membutuhkan keahlian serta pengalaman yang cukup dari seorang flebotomis. Karena itu segala usaha harus dilakukan untuk dapat mengambil sejumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan, karena bayi dan anak kecil mempunyai volume darah yang lebih sedikit dibandingkan remaja dan dewasa (Mc Call & Tankersley, 2007).
1.      Berurusan dengan anak :
      Pada pasien anak, penting untuk mendapatkan kepercayaan mereka sama seperti pada orang dewasa. Bagaimanapun anak biasanya mempunyai zona nyaman yang lebih dalam, yang artinya kita tidak dapat terlalu dekat dengan mereka seperti pada orang dewasa tanpa merasa terancam. Pendekatan ke mereka secara perlahan dan kenali tingkat kecemasan atau ketakutan mereka sebelum menyentuh lengan mereka untuk mencari venanya.
2.      Berurusan dengan orang tua/ penjaga :
      Jika orang tua atau pengasuh ada, hal penting bagi flebotomis untuk mendapatkan kepercayaan mereka sebelum menjalankan prosedur tersebut. Seorang flebotomis yang bersikap hangat dan ramah serta lembut, percaya diri dan perduli akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dan juga mengurangi kecemasan/ketakutan pasien. Orang tua dapat memberikan petunjuk sejauh mana anak dapat kooperatif. Tanyakan pada mereka tentang pengalaman anak dalam flebotomi untuk dapat memperkirakan sikap anak dan pendekatan yang mungkin berhasil. Berikan mereka pilihan, tetap tinggal di ruangan atau menunggu di luar sampai flebotomi selesai dilakukan. Kehadiran dan keterlibatan mereka seharusnya dapat menenangkan. Penelitian menunjukkan mengurangi kecemasan anak dan memberikan dampak positif terhadap kelakuan anak.

3.      Cara pengambilan :
      Anak duduk dipangku, tempatkan lengan orang tua di sekeliling anak dan di atas lengan yang tidak digunakan. Lengan yang lain membantu lengan yang akan di pungsi vena dari belakang pada lekukan siku. Ini akan membantu lengan anak tetap diam dan mencegah anak menggerak-gerakkan lengannya selama pengambilan darah. Jika si anak berbaring, maka orang tua atau flebotomis lain bersandar diatas anak pada sisi sebelah tempat tidur. Satu lengan meraih lengan anak yang akan di pungsi vena dari belakang, tangan yang satu memegang anak melewati tubuhnya agar lengan yang satunya aman (lihat gambar 1a dan 1b).

Gambar 1a. Flebotomi pd anak posisi vertikal (Mc Call & Tankersley, 2007)


Gambar 1b. Flebotomi pd anak posisi supine (Garza & Mc Bride, 2005)



B.     Pasien Orang Tua

      Seiring dengan proses penuaan maka pada orang tua akan terjadi beberapa perubahan :
1.   Perubahan pada kulit :
            Perubahan pada kulit termasuk yaitu berkurangnya kolagen dan lemak subkutan yang menyebabkan berkurangnya elastisitas dan penurunan kelembaban sehingga kulit menjadi mudah untuk terluka. Pembuluh darah juga kehilangan elastisitasnya, menjadi lebih rapuh dan mudah kolaps, sehingga mudah sekali memar dan akibatnya sulit untuk mendapatkan darahnya. (Mc Call & Tankersley, 2007). Pada saat pungsi vena, untuk mengatasi elastisitas kulit yang berkurang sebaiknya fiksasi vena dengan meregangkan kulit pasien atau bisa juga menggunakan wing needle.
2.   Pendengaran dan penglihatan mulai berkurang :
            Pendengaran dan penglihatan mulai berkurang sehingga sulit untuk mendengar dan menjawab pertanyaan serta mengikuti instruksi. Oleh karena itu berbicara dengan jelas, perlahan dan lebih mendekat ke pasien. Jangan berteriak kepada pasien. Berikan pasien waktu untuk menjawab dan merespon instruksi yang diberikan. Pada pasien yang berkurang penglihatan, tuntun  pasien ke tempat flebotomi
3.      Memori mulai menurun :
      Penyakit alzheimer dan bentuk lain dementia dapat menyebabkan pasien tidak dapat berkomunikasi dengan benar, oleh karena itu untuk berkomunikasi perlu saudaranya atau yang menemani pasien tersebut. Beberapa pasien alzheimer dapat bersikap normal dan yang lain dapat bersikap gusar, karena itu jangan diambil hati. Selalu lakukan pendekatan secara lembut dan profesional. Gunakan kata-kata yang jelas, sederhana dan jelaskan secara perlahan. Kita mungkin memerlukan asisten untuk memegang lengan pasien tersebut selama proses pengambilan.

4.      Berkaitan dengan penyakit :  
a.       Stroke :
      Biasanya terjadi kekakuan sendi siku dan pembengkakan tungkai sehingga akan sulit untuk melakukan flebotomi pada sisi ini. Hindari sendi siku yang kaku dan bengkak tersebut. Sendi yang kaku menyebabkan sulit menemukan vena dan mendapatkan posisi yang tepat. Pengambilan pada bagian yang bengkak dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b.      Parkison :
      Parkinson dan stroke dapat mempengaruhi cara bicara. Kesulitan ini menyebabkan pasien dan flebotomis sulit untuk berkomunikasi secara efektif. Berikan pasien waktu untuk berbicara dan jangan memotong ucapannya. Tremor dan pergerakan tangan pasien parkinson dapat menyulitkan pengambilan darah dan pasien membutuhkan bantuan untuk dipegang. Lebih baik gunakan wing needle untuk pengambilan darahnya.
c.       Arthritis :
      Biasanya terjadi sejalan dengan proses penuaan dan juga akibat dari trauma sendi. Pinggul dan lutut sering terjadi arthritis menyebabkan pasien sulit untuk duduk atau bangun dari kursi pengambilan darah. Peradangan yang berkaitan dengan arthritis ini dapat menyebabkan pembengkakan di sendi dan sakit sehingga pergerakan pasien terbatas. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat meluruskan lengannya atau membuka tangannya. Gunakan lengan lain yang tidak terkena penyakit ini. Jika tidak ada pilihan, biarkan pasien memilih posisi mana yang lebih nyaman. Gunakan wing needle untuk pengambilan sampel pada posisi yang sulit/janggal tersebut.
d.      Diabetes :
      Banyak pasien orang tua yang mengidap diabetes. Diabetes mempengaruhi sirkulasi dan penyembuhan, khususnya pada ekstremitas bawah, oleh karena itu hindari pungsi vena di vena paha, tungkai dan kaki serta skin puncture (Mc Call & Tankersley, 2007). Tindakan aseptik sebelum flebotomi sangat penting dilakukan untuk mencegah timbulnya infeksi.

5.      Biasanya memakai kursi roda :
      Banyak pasien orang tua yang tergantung pada kursi roda atau begitu lemah sehingga butuh kursi roda untuk dibawa ke laboratorium (Lihat gambar 2). Berhati-hatilah dalam mendorong kursi roda dari tempat menunggu sampai tempat pengambilan darah. Ingatlah untuk mengunci rodanya ketika mengambil darah pasien di kursi roda. Jangan memindahkan pasien dari kursi roda untuk mengambil darahnya karena dapat melukai pasien, flebotomis itu sendiri atau keduanya (Mc Call & Tankersley, 2007)

Gambar 2. pasien dikursi roda (Mc Call & Tankersley, 2007)

C.     Pasien yang sulit untuk berkomunikasi
1.      Keterbatasan bahasa :
a.       Jangan gunakan istilah medis
b.      Gunakan kata yang sederhana dan simple
c.       Lihat ekspresi wajahnya sehingga kita mengetahui apakah pasien mengerti atau tidak
d.      Jika memberikan lengannya berarti pasien mengerti dan bersedia untuk dilakukan flebotomi.
2.      Pasien yang bisu dan tuli :
a.       Jika pasien dapat membaca, kita dapat menulis instruksi di kertas
b.      Gunakan bahasa isyarat
3.      Pasien yang koma :
      Selama sisi yang akan digunakan untuk flebotomi tidak terpasang alat apapun, maka pungsi vena dapat dilakukan seperti biasanya.
4.      Pasien dengan gangguan emosional, agresif maupun kelainan jiwa yang lain :
a.       Kita memerlukan asisten untuk membantu memegang pasien tersebut.
b.      Gunakan wing needle untuk mengantisipasi pergerakan pasien.
D.    Pasien yang menolak flebotomi
1.      Apabila pasien menolak karena takut jarum maka kita bisa menyiasatinya dengan cara pasien dianjurkan untuk tidak melihat ketika prosedur sedang dilakukan, gunakan jarum yang kecil atau analgetik topikal.
2.      Ingatkan pasien tersebut bahwa dokternya memerlukan hasil laboratoriumnya untuk menentukan terapi terhadap pasien tersebut.
3.      Jangan pernah beradu argumentasi atau marah kepada pasien (atau kepada keluarga pasien).
4.      Jangan pernah menyentuh pasien tanpa persetujuan mereka.
5.      Jika pasien tetap menolak, laporkan bahwa pasien tidak mengijinkan pungsi vena dilakukan kepada supervisor yang berwenang.
6.      Catat penolakan pasien pada formulir penolakan tindakan (Pendergraph & Pendergraph, 1998).







BAB III.  FAKTOR PENYULIT DALAM FLEBOTOMI

      Beberapa situasi khusus yang berpotensial menyebabkan pungsi vena yang sulit atau dapat menjadi sumber yang potensial preanalitik eror :
A.    Pasien dengan luka bakar atau jaringan parut :
      Pada daerah terjadi luka bakar atau jaringan parut vena sulit diraba. Pada luka bakar juga mudah terkena infeksi karena epidermis sebagai barrier pelindung telah rusak. Gunakan sisi lain yang tidak terbakar atau melalui pembuluh darah kapiler (Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007)
B.     Pasien yang terpasang plaster of paris atau gips :
      Terjadi pada pasien-pasien fraktur. Untuk pengambilan darah cari tempat dimana terdapat vena yang tidak tertutup plaster of paris atau gips tersebut atau gunakan wing needle agar dapat mengambil darah dari vena-vena dengan posisi atau sudut yang sulit dalam pengambilan.
C.     Edema :
      Edema adalah akumulasi cairan yang abnormal dalam ruang intraseluler jaringan. Pungsi vena sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang oedem karena cairan abnormal tersebut menyebabkan vena sulit untuk diraba dan spesimen dapat terkontaminasi cairan tersebut sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak akurat (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).
D.    Hematoma :
      Hematoma adalah kumpulan darah di jaringan akibat kebocoran pembuluh darah (lihat gambar 3). Dapat terjadi pada saat flebotomi atau setelah flebotomi. Pungsi vena yang dilakukan di tempat yang terjadi hematoma akan terasa menyakitkan bagi pasien dan spesimen yang diambil dapat terkontaminasi dengan darah yang yang telah keluar dari pembuluh darah tersebut dan menyebabkan hasil yang tidak akurat. Oleh karena itu hindari pengambilan darah dari area yang terdapat hematoma. Jika tidak terdapat tempat lain maka ambillah darah dari sisi distal hematoma (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).

Gambar 3. Hematoma (Mc Call & Tankersley, 2007)

E.     Pasien post mastektomi :
      Wanita yang  telah menjalani mastektomi dapat terjadi limfostasis (tidak adanya aliran limfe) karena pengangkatan kelenjar limfe yang berdekatan dengan mammae. Dengan tidak adanya aliran limfe menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu jangan melakukan pungsi vena pada sisi yang sama dilakukan mastektomi (Pendergraph & Pendergraph, 1998; Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).
      Jika pasien mengalami mastektomi pada kedua payudara, metoda yang dianjurkan sebagai alternatif adalah punggung telapak tangan atau finger stick. Dokter yang merawat haruslah terlibat dalam menentukan sisi mana yang paling tepat (Turgeon, 2007).
F.      Pasien dialisa :
      Pasien dialisa menjadi masalah tersendiri ketika akan diambil darahnya akibat dari seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan dan terbatasnya akses vena. Jangan mengambil darah dari vena pada lengan yang terpasang kanul atau fistul. Lebih baik mengambil darah dari lengan atau vena yang jauh dari kanul atau fistul tersebut (Garza & Mc Bride, 1999)
G.    Pasien yang sedang menerima transfusi :
      Pengambilan darah selama transfusi hanya akan memberikan sedikit informasi kecuali pada kasus-kasus trauma dimana kondisi pasien dapat berubah dengan cepat dan perlu di monitor dengan ketat. Pengambilan darah pada pasien yang sedang menerima transfusi sebaiknya dilakukan pada vena yang jauh dari vena yang sedang dipakai untuk menerima transfusi tersebut. Menurut penelitian Wiesen et al,, 1994. tidak ada perbedaan yang bermakna nilai Hb yang diperiksa 15 menit, 1 jam dan 2 jam setelah transfusi.
H.    Pasien yang terpasang infus :
      Pasien yang terpasang infus merupakan masalah yang sering bagi flebotomis. Lengan atau tungkai yang terpasang infus sebaiknya tidak digunakan untuk pungsi vena karena menyebabkan kontaminasi spesimen yang diambil. Gunakan lengan atau tempat lain untuk pungsi vena. Jika tidak ada alternatif lain, hentikan dulu aliran infusnya selama 2 menit kemudian baru diambil darahnya dari bawah sisi infus tersebut (Mc Call & Tankersley, 2007). Buang darah yang diambil pertama kali (3-10 cc) karena mungkin masih mengandung cairan infusnya. Darah yang diambil kedua kalinya yang dipakai untuk pemeriksaan. Setelah selesai pungsi vena alirkan kembali infus tersebut. Jenis cairan infusnya dicatat (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007)










BAB.IV  KONDISI PASIEN DALAM PENGOBATAN

      Pasien dalam pengobatan khusus :
A.    Antikoagulan :
     Pasien yang mempunyai masalah pembekuan atau sedang dalam pengobatan dengan antikoagulan berisiko untuk terjadinya hematoma atau perdarahan pada saat pengambilan darah. Pastikan untuk memberikan tekanan yang adekuat pada tempat pengambilan darah setelah pengambilan sampai darahnya berhenti. Jangan terlalu kuat menekan karena akan menyebabkan memar atau luka (Mc Call & Tankersley, 2007)
B.     Kemoterapi :
      Pada pasien-pasien kanker, hemofilia dan lain-lain biasanya vena menjadi sklerosis dan rapuh akibat seringnya pengambilan darah untuk pemeriksaan dan proses transfusi. Vena yang sklerosis dan rapuh mudah bergeser dan kolaps. Karena itu sebaiknya gunakan wing needle atau jarum yang kecil pada saat pengambilan darah.












BAB V.  PEMILIHAN ALAT

      Yang terbaik dalam memilih alat adalah setelah kita menemukan tempat yang terbaik untuk dilakukan flebotomi sehingga kita dapat memilih alat mana yang sesuai dengan ukuran, kondisi dan lokasi vena. Metoda yang terbaik untuk mendapatkan spesimen pada pungsi vena adalah metoda tabung vakum/evacuate. Sistem tabung vakum ini terdiri dari 3 komponen yaitu tabung vakum untuk sampel, jarum pada dua titik (satu untuk masuk ke vena, ujung yang satu untuk ke dalam tabung vakum) dan plastik pemegang. Tabung tersedia dalam berbagai ukuran (berdasarkan diameter dan panjang tabung), terbuat dari bahan kaca atau plastik. Tabung ada yang mengandung zat tambahan (additive) dan ada yang tidak (non additive). Zat tambahan tersebut berupa berbagai macam antikoagulan atau senyawa kimia sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan dapat dilihat dari warna tutup tabung (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007).

Gambar 4a. System vacutainer
Gambar 4b. Tabung vakum (Garza & Mc Bride, 2005)
      Menurut standar Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI), pengambilan darah dengan menggunakan jarum dan syringe harus dihindari demi alasan keamanan. Namun wing needle dan syringe kadang digunakan ketika pasien memiliki vena yang sangat kecil, rapuh atau lemah. Tekanan vakum pada tabung evacuate mungkin terlalu besar untuk vena-vena tersebut dan menyebabkan vena-vena tersebut mudah kolaps. Ini sering terjadi pada kasus-kasus pasien usia lanjut dan bayi baru lahir. Ketika menggunakan syringe, jumlah tekanan dapat dikurangi dengan menarik plunger kembali secara perlahan-lahan (Mc Call & Tankersley, 2007).
Gambar 5. Syringe berbagai ukuran


      Metoda lain yang digunakan pada pungsi vena dengan penyulit adalah wing needle system. Tersedia dalam ukuran diameter 21 sampai 25. Wing needle digunakan dengan syringe atau sistem tabung vakum. Biasanya ukuran 21 atau 23 lebih baik dari ukuran 25 karena diameter yang kecil dapat menyebabkan hemolisis ketika spesimen diambil, tetapi untuk bayi ukuran 25 adalah pilihan yang paling baik karena venanya yang kecil (Garza & Mc Bride, 1999).

Gambar 6. Wing infusion set
http://www.amazon.com/Winged-Infusion-Set-8220-Tubing/dp/B004H6HH86)









     


IV.  PENUTUP

      Dapat disimpulkan disini, walaupun flebotomi merupakan prosedur yang rutin dilakukan tetapi ada situasi-situasi khusus yang dihadapi oleh seorang flebotomis yang memerlukan penanganan khusus. Oleh karena itu perlu adanya pedoman dari masing-masing fasilitas kesehatan untuk menangani situasi-situasi khusus tersebut.
      Adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi seorang flebotomis perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kemampuan flebotomis di masing-masing laboratorium sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan profesional.


















DAFTAR PUSTAKA

Garza. D., Mc Bride B.K., 1999, Phlebotomy Handbook, Blood Collection Essential, 6th Edition., Pearson Prentice Hall, New Jersey. pp. 185-275
Garza. D., Mc Bride B.K., 2005, Phlebotomy Handbook, Blood Collection Essential, 7th Edition., Upper Saddle River, New Jersey. pp. 272-275
Mc Call. R.E, Tankersley. C.M, 2007,  Phlebotomy Essential 4th Edition., Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia. pp. 311-333
Needle Stick Safety, 2010. Available at http://needlesticksafety.org/?cat=3  (download, 7 November 2011)
Pendergraph.G.E, Pendergraph.C.B, 1998,  Handbook of Phlebotomy and Patient Service Techniques 4th Edition., Williams & Wilkins, Baltimore. pp. 139-142
Syringe, Analisis Laboratorium Kesehatan, 2010. Available at http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/2010/07/syringe.html (download, 7 November 2011)
Turgeon. M.L, 2005, Clinical Hematology Theory and Procedures 4th Edition., Elsevier Mosby, Maryland heights. pp. 29-30
Wiesen, A., Hospenthal. D., Byrd, J., Glass, K., Howard, R., Diehl, L. 1994. Equilibration of Hemoglobin Concentration after Transfusion in Medical Inpatients Not Actively Bleeding. Annals of Internal Medicine, 121 :278-280
Winged Infusion Set 196 x 3/4" (3 ½ " Tubing), Amazon.com, 2010. Available at http://www.amazon.com/Winged-Infusion-Set-8220-Tubing/dp/B004H6HH86 (download, 7 November 2011)



0 comments:

Post a Comment

 

pathology clinic Template by Ipietoon Cute Blog Design and Waterpark Gambang