DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul
|
i
|
Daftar isi
|
1
|
BAB I. PENDAHULUAN
|
2
|
BAB II. FAKTOR KHUSUS
|
3
|
A. Pasien
anak
|
3
|
B. Pasien
orang tua
|
5
|
C. Pasien
yang sulit berkomunikasi
|
7
|
D. Pasien
yang menolak flebotomi
|
8
|
BAB III. FAKTOR PENYULIT DALAM
FLEBOTOMI
|
9
|
A. Pasien
luka bakar
|
9
|
B.
Pasien terpasang plester of paris atau gips
|
9
|
C.
Edema
|
9
|
D. Hematoma
|
9
|
E.
Pasien post mastektomi
|
10
|
F. Pasien dialisa
|
10
|
G. Pasien yang sedang menerima transfusi
H. Pasien
yang terpasang infus
|
11
11
|
BAB IV. KONDISI PASIEN DALAM
PENGOBATAN
|
12
|
A. Antikoagulan
|
12
|
B.
Kemoterapi
|
12
|
BAB V. PEMILIHAN ALAT
|
13
|
BAB VI. PENUTUP
|
16
|
DAFTAR PUSTAKA
|
|
BAB I.
PENDAHULUAN
Prosedur flebotomi adalah merupakan tindakan yang biasa rutin dilakukan,
tetapi ketika berhadapan dengan situasi-situasi yang khusus, maka tindakan
flebotomi harus tetap dilakukan secara profesional. Oleh karena itu seorang
flebotomis diharapkan dapat menangani situasi tersebut sesuai dengan pedoman
yang ada di fasilitas kesehatannya (Pendergraph & Pendergraph, 1998).
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam situasi yang khusus yaitu faktor
pasien anak, pasien orang tua, pasien yang sulit untuk berkomunikasi dan pasien
yang menolak flebotomi. Sedangkan faktor penyulit dalam flebotomi adalah pasien
luka bakar, pasien yang terpasang plaster
of paris atau gips, edema, hematoma, pasien post mastektomi, pasien
dialysis, pasien yang sedang menerima transfusi dan pasien yang terpasang
infus.
Beberapa kondisi pasien yang mempengaruhi flebotomi adalah pasien dalam
pengobatan antikoagulan dan pasien yang sedang menerima antikoagulan. Oleh karena
itu perlu menentukan tempat yang terbaik untuk dilakukan flebotomi dan memilih
alat yang sesuai dengan kondisi-kondisi tersebut.
BAB II.
FAKTOR KHUSUS
A.
Pasien Anak
Melakukan pungsi vena pada pasien anak
merupakan tantangan khusus dan membutuhkan keahlian serta pengalaman yang cukup
dari seorang flebotomis. Karena itu segala usaha harus dilakukan untuk dapat
mengambil sejumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan, karena bayi dan
anak kecil mempunyai volume darah yang lebih sedikit dibandingkan remaja dan
dewasa (Mc Call & Tankersley, 2007).
1. Berurusan
dengan anak :
Pada pasien anak, penting untuk
mendapatkan kepercayaan mereka sama seperti pada orang dewasa. Bagaimanapun anak
biasanya mempunyai zona nyaman yang lebih dalam, yang artinya kita tidak dapat
terlalu dekat dengan mereka seperti pada orang dewasa tanpa merasa terancam.
Pendekatan ke mereka secara perlahan dan kenali tingkat kecemasan atau ketakutan
mereka sebelum menyentuh lengan mereka untuk mencari venanya.
2. Berurusan
dengan orang tua/ penjaga :
Jika orang tua atau pengasuh ada, hal
penting bagi flebotomis untuk mendapatkan kepercayaan mereka sebelum
menjalankan prosedur tersebut. Seorang flebotomis yang bersikap hangat dan
ramah serta lembut, percaya diri dan perduli akan lebih mudah mendapatkan
kepercayaan dan juga mengurangi kecemasan/ketakutan pasien. Orang tua dapat
memberikan petunjuk sejauh mana anak dapat kooperatif. Tanyakan pada mereka
tentang pengalaman anak dalam flebotomi untuk dapat memperkirakan sikap anak
dan pendekatan yang mungkin berhasil. Berikan mereka pilihan, tetap tinggal di
ruangan atau menunggu di luar sampai flebotomi selesai dilakukan. Kehadiran dan
keterlibatan mereka seharusnya dapat menenangkan. Penelitian menunjukkan
mengurangi kecemasan anak dan memberikan dampak positif terhadap kelakuan anak.
3. Cara
pengambilan :
Anak duduk dipangku, tempatkan lengan
orang tua di sekeliling anak dan di atas lengan yang tidak digunakan. Lengan
yang lain membantu lengan yang akan di pungsi vena dari belakang pada lekukan
siku. Ini akan membantu lengan anak tetap diam dan mencegah anak
menggerak-gerakkan lengannya selama pengambilan darah. Jika si anak berbaring,
maka orang tua atau flebotomis lain bersandar diatas anak pada sisi sebelah
tempat tidur. Satu lengan meraih lengan anak yang akan di pungsi vena dari
belakang, tangan yang satu memegang anak melewati tubuhnya agar lengan yang
satunya aman (lihat gambar 1a dan 1b).
Gambar
1a. Flebotomi pd anak posisi vertikal (Mc Call & Tankersley, 2007)
Gambar
1b. Flebotomi pd anak posisi supine (Garza & Mc Bride, 2005)
B. Pasien
Orang Tua
Seiring
dengan proses penuaan maka pada orang tua akan terjadi beberapa perubahan :
1. Perubahan pada kulit :
Perubahan pada kulit termasuk yaitu
berkurangnya kolagen dan lemak subkutan yang menyebabkan berkurangnya
elastisitas dan penurunan kelembaban sehingga kulit menjadi mudah untuk
terluka. Pembuluh darah juga kehilangan elastisitasnya, menjadi lebih rapuh dan
mudah kolaps, sehingga mudah sekali memar dan akibatnya sulit untuk mendapatkan
darahnya. (Mc Call & Tankersley, 2007). Pada saat pungsi vena, untuk
mengatasi elastisitas kulit yang berkurang sebaiknya fiksasi vena dengan
meregangkan kulit pasien atau bisa juga menggunakan wing needle.
2. Pendengaran dan penglihatan mulai berkurang
:
Pendengaran dan penglihatan mulai
berkurang sehingga sulit untuk mendengar dan menjawab pertanyaan serta
mengikuti instruksi. Oleh karena itu berbicara dengan jelas, perlahan dan lebih
mendekat ke pasien. Jangan berteriak kepada pasien. Berikan pasien waktu untuk
menjawab dan merespon instruksi yang diberikan. Pada pasien yang berkurang
penglihatan, tuntun pasien ke tempat
flebotomi
3. Memori
mulai menurun :
Penyakit alzheimer dan bentuk lain
dementia dapat menyebabkan pasien tidak dapat berkomunikasi dengan benar, oleh
karena itu untuk berkomunikasi perlu saudaranya atau yang menemani pasien
tersebut. Beberapa pasien alzheimer dapat bersikap normal dan yang lain dapat
bersikap gusar, karena itu jangan diambil hati. Selalu lakukan pendekatan
secara lembut dan profesional. Gunakan kata-kata yang jelas, sederhana dan
jelaskan secara perlahan. Kita mungkin memerlukan asisten untuk memegang lengan
pasien tersebut selama proses pengambilan.
4. Berkaitan
dengan penyakit :
a. Stroke
:
Biasanya terjadi kekakuan sendi siku dan
pembengkakan tungkai sehingga akan sulit untuk melakukan flebotomi pada sisi
ini. Hindari sendi siku yang kaku dan bengkak tersebut. Sendi yang kaku
menyebabkan sulit menemukan vena dan mendapatkan posisi yang tepat. Pengambilan
pada bagian yang bengkak dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Parkison
:
Parkinson dan stroke dapat mempengaruhi
cara bicara. Kesulitan ini menyebabkan pasien dan flebotomis sulit untuk
berkomunikasi secara efektif. Berikan pasien waktu untuk berbicara dan jangan
memotong ucapannya. Tremor dan pergerakan tangan pasien parkinson dapat
menyulitkan pengambilan darah dan pasien membutuhkan bantuan untuk dipegang.
Lebih baik gunakan wing needle untuk
pengambilan darahnya.
c. Arthritis
:
Biasanya terjadi sejalan dengan proses
penuaan dan juga akibat dari trauma sendi. Pinggul dan lutut sering terjadi
arthritis menyebabkan pasien sulit untuk duduk atau bangun dari kursi
pengambilan darah. Peradangan yang berkaitan dengan arthritis ini dapat
menyebabkan pembengkakan di sendi dan sakit sehingga pergerakan pasien
terbatas. Hal ini menyebabkan pasien tidak dapat meluruskan lengannya atau
membuka tangannya. Gunakan lengan lain yang tidak terkena penyakit ini. Jika
tidak ada pilihan, biarkan pasien memilih posisi mana yang lebih nyaman.
Gunakan wing needle untuk pengambilan
sampel pada posisi yang sulit/janggal tersebut.
d. Diabetes
:
Banyak pasien orang tua yang mengidap
diabetes. Diabetes mempengaruhi sirkulasi dan penyembuhan, khususnya pada
ekstremitas bawah, oleh karena itu hindari pungsi vena di vena paha, tungkai
dan kaki serta skin puncture (Mc Call
& Tankersley, 2007). Tindakan aseptik sebelum flebotomi sangat penting
dilakukan untuk mencegah timbulnya infeksi.
5. Biasanya
memakai kursi roda :
Banyak pasien orang tua yang tergantung
pada kursi roda atau begitu lemah sehingga butuh kursi roda untuk dibawa ke
laboratorium (Lihat gambar 2). Berhati-hatilah dalam mendorong kursi roda dari
tempat menunggu sampai tempat pengambilan darah. Ingatlah untuk mengunci
rodanya ketika mengambil darah pasien di kursi roda. Jangan memindahkan pasien
dari kursi roda untuk mengambil darahnya karena dapat melukai pasien,
flebotomis itu sendiri atau keduanya (Mc Call & Tankersley, 2007)
Gambar
2. pasien dikursi roda (Mc Call & Tankersley, 2007)
C. Pasien
yang sulit untuk berkomunikasi
1. Keterbatasan
bahasa :
a. Jangan
gunakan istilah medis
b. Gunakan
kata yang sederhana dan simple
c. Lihat
ekspresi wajahnya sehingga kita mengetahui apakah pasien mengerti atau tidak
d. Jika
memberikan lengannya berarti pasien mengerti dan bersedia untuk dilakukan
flebotomi.
2. Pasien
yang bisu dan tuli :
a. Jika
pasien dapat membaca, kita dapat menulis instruksi di kertas
b. Gunakan
bahasa isyarat
3. Pasien
yang koma :
Selama sisi yang akan digunakan untuk
flebotomi tidak terpasang alat apapun, maka pungsi vena dapat dilakukan seperti
biasanya.
4. Pasien
dengan gangguan emosional, agresif maupun kelainan jiwa yang lain :
a. Kita
memerlukan asisten untuk membantu memegang pasien tersebut.
b. Gunakan
wing needle untuk mengantisipasi
pergerakan pasien.
D. Pasien
yang menolak flebotomi
1. Apabila
pasien menolak karena takut jarum maka kita bisa menyiasatinya dengan cara
pasien dianjurkan untuk tidak melihat ketika prosedur sedang dilakukan, gunakan
jarum yang kecil atau analgetik topikal.
2. Ingatkan
pasien tersebut bahwa dokternya memerlukan hasil laboratoriumnya untuk
menentukan terapi terhadap pasien tersebut.
3. Jangan
pernah beradu argumentasi atau marah kepada pasien (atau kepada keluarga
pasien).
4. Jangan
pernah menyentuh pasien tanpa persetujuan mereka.
5. Jika
pasien tetap menolak, laporkan bahwa pasien tidak mengijinkan pungsi vena
dilakukan kepada supervisor yang
berwenang.
6. Catat
penolakan pasien pada formulir penolakan tindakan (Pendergraph & Pendergraph,
1998).
BAB III. FAKTOR PENYULIT DALAM FLEBOTOMI
Beberapa situasi khusus yang berpotensial
menyebabkan pungsi vena yang sulit atau dapat menjadi sumber yang potensial
preanalitik eror :
A. Pasien
dengan luka bakar atau jaringan parut :
Pada daerah terjadi luka bakar atau
jaringan parut vena sulit diraba. Pada luka bakar juga mudah terkena infeksi
karena epidermis sebagai barrier pelindung telah rusak. Gunakan sisi lain yang
tidak terbakar atau melalui pembuluh darah kapiler (Mc Call & Tankersley,
2007; Turgeon, 2007)
B. Pasien
yang terpasang plaster of paris atau
gips :
Terjadi pada pasien-pasien fraktur. Untuk
pengambilan darah cari tempat dimana terdapat vena yang tidak tertutup plaster of paris atau gips tersebut atau
gunakan wing needle agar dapat
mengambil darah dari vena-vena dengan posisi atau sudut yang sulit dalam
pengambilan.
C. Edema
:
Edema adalah akumulasi cairan yang
abnormal dalam ruang intraseluler jaringan. Pungsi vena sebaiknya tidak
dilakukan pada daerah yang oedem karena cairan abnormal tersebut menyebabkan
vena sulit untuk diraba dan spesimen dapat terkontaminasi cairan tersebut
sehingga menyebabkan hasil pemeriksaan yang tidak akurat (Garza & Mc Bride,
1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).
D. Hematoma
:
Hematoma adalah kumpulan darah di
jaringan akibat kebocoran pembuluh darah (lihat gambar 3). Dapat terjadi pada
saat flebotomi atau setelah flebotomi. Pungsi vena yang dilakukan di tempat
yang terjadi hematoma akan terasa menyakitkan bagi pasien dan spesimen yang
diambil dapat terkontaminasi dengan darah yang yang telah keluar dari pembuluh
darah tersebut dan menyebabkan hasil yang tidak akurat. Oleh karena itu hindari
pengambilan darah dari area yang terdapat hematoma. Jika tidak terdapat tempat
lain maka ambillah darah dari sisi distal hematoma (Garza & Mc Bride, 1999;
Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon, 2007).
Gambar
3. Hematoma (Mc Call & Tankersley, 2007)
E. Pasien
post mastektomi :
Wanita yang telah menjalani mastektomi dapat terjadi
limfostasis (tidak adanya aliran limfe) karena pengangkatan kelenjar limfe yang
berdekatan dengan mammae. Dengan tidak adanya aliran limfe menyebabkan pasien
menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu jangan melakukan pungsi
vena pada sisi yang sama dilakukan mastektomi (Pendergraph & Pendergraph,
1998; Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007; Turgeon,
2007).
Jika pasien mengalami mastektomi pada
kedua payudara, metoda yang dianjurkan sebagai alternatif adalah punggung
telapak tangan atau finger stick. Dokter
yang merawat haruslah terlibat dalam menentukan sisi mana yang paling tepat
(Turgeon, 2007).
F. Pasien
dialisa :
Pasien dialisa menjadi masalah tersendiri
ketika akan diambil darahnya akibat dari seringnya pengambilan darah untuk
pemeriksaan dan terbatasnya akses vena. Jangan mengambil darah dari vena pada
lengan yang terpasang kanul atau fistul. Lebih baik mengambil darah dari lengan
atau vena yang jauh dari kanul atau fistul tersebut (Garza & Mc Bride,
1999)
G. Pasien
yang sedang menerima transfusi :
Pengambilan darah selama transfusi hanya
akan memberikan sedikit informasi kecuali pada kasus-kasus trauma dimana
kondisi pasien dapat berubah dengan cepat dan perlu di monitor dengan ketat.
Pengambilan darah pada pasien yang sedang menerima transfusi sebaiknya
dilakukan pada vena yang jauh dari vena yang sedang dipakai untuk menerima
transfusi tersebut. Menurut penelitian Wiesen et al,, 1994. tidak ada perbedaan
yang bermakna nilai Hb yang diperiksa 15 menit, 1 jam dan 2 jam setelah
transfusi.
H. Pasien
yang terpasang infus :
Pasien yang terpasang infus merupakan
masalah yang sering bagi flebotomis. Lengan atau tungkai yang terpasang infus
sebaiknya tidak digunakan untuk pungsi vena karena menyebabkan kontaminasi
spesimen yang diambil. Gunakan lengan atau tempat lain untuk pungsi vena. Jika
tidak ada alternatif lain, hentikan dulu aliran infusnya selama 2 menit
kemudian baru diambil darahnya dari bawah sisi infus tersebut (Mc Call &
Tankersley, 2007). Buang darah yang diambil pertama kali (3-10 cc) karena
mungkin masih mengandung cairan infusnya. Darah yang diambil kedua kalinya yang
dipakai untuk pemeriksaan. Setelah selesai pungsi vena alirkan kembali infus
tersebut. Jenis cairan infusnya dicatat (Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call
& Tankersley, 2007)
BAB.IV KONDISI PASIEN DALAM PENGOBATAN
Pasien dalam pengobatan khusus :
A. Antikoagulan
:
Pasien yang mempunyai masalah pembekuan atau sedang dalam pengobatan
dengan antikoagulan berisiko untuk terjadinya hematoma atau perdarahan pada
saat pengambilan darah. Pastikan untuk memberikan tekanan yang adekuat pada
tempat pengambilan darah setelah pengambilan sampai darahnya berhenti. Jangan
terlalu kuat menekan karena akan menyebabkan memar atau luka (Mc Call &
Tankersley, 2007)
B. Kemoterapi
:
Pada pasien-pasien kanker, hemofilia dan
lain-lain biasanya vena menjadi sklerosis dan rapuh akibat seringnya
pengambilan darah untuk pemeriksaan dan proses transfusi. Vena yang sklerosis
dan rapuh mudah bergeser dan kolaps. Karena itu sebaiknya gunakan wing needle atau jarum yang kecil pada
saat pengambilan darah.
BAB
V. PEMILIHAN ALAT
Yang terbaik dalam memilih alat adalah
setelah kita menemukan tempat yang terbaik untuk dilakukan flebotomi sehingga
kita dapat memilih alat mana yang sesuai dengan ukuran, kondisi dan lokasi
vena. Metoda yang terbaik untuk mendapatkan spesimen pada pungsi vena adalah
metoda tabung vakum/evacuate. Sistem
tabung vakum ini terdiri dari 3 komponen yaitu tabung vakum untuk sampel, jarum
pada dua titik (satu untuk masuk ke vena, ujung yang satu untuk ke dalam tabung
vakum) dan plastik pemegang. Tabung tersedia dalam berbagai ukuran (berdasarkan
diameter dan panjang tabung), terbuat dari bahan kaca atau plastik. Tabung ada
yang mengandung zat tambahan (additive)
dan ada yang tidak (non additive).
Zat tambahan tersebut berupa berbagai macam antikoagulan atau senyawa kimia
sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan dan dapat dilihat dari warna tutup tabung
(Garza & Mc Bride, 1999; Mc Call & Tankersley, 2007).
Gambar
4a. System vacutainer
Gambar 4b. Tabung vakum (Garza
& Mc Bride, 2005)
Menurut standar Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI), pengambilan
darah dengan menggunakan jarum dan syringe
harus dihindari demi alasan keamanan. Namun wing
needle dan syringe kadang
digunakan ketika pasien memiliki vena yang sangat kecil, rapuh atau lemah.
Tekanan vakum pada tabung evacuate
mungkin terlalu besar untuk vena-vena tersebut dan menyebabkan vena-vena
tersebut mudah kolaps. Ini sering terjadi pada kasus-kasus pasien usia lanjut
dan bayi baru lahir. Ketika menggunakan syringe,
jumlah tekanan dapat dikurangi dengan menarik plunger kembali secara perlahan-lahan (Mc Call & Tankersley,
2007).
Gambar
5. Syringe berbagai ukuran
Metoda lain yang digunakan pada pungsi vena dengan penyulit adalah wing needle system. Tersedia dalam
ukuran diameter 21 sampai 25. Wing needle
digunakan dengan syringe atau sistem
tabung vakum. Biasanya ukuran 21 atau 23 lebih baik dari ukuran 25 karena
diameter yang kecil dapat menyebabkan hemolisis ketika spesimen diambil, tetapi
untuk bayi ukuran 25 adalah pilihan yang paling baik karena venanya yang kecil
(Garza & Mc Bride, 1999).
Gambar
6. Wing infusion set
http://www.amazon.com/Winged-Infusion-Set-8220-Tubing/dp/B004H6HH86)
IV. PENUTUP
Dapat disimpulkan disini, walaupun
flebotomi merupakan prosedur yang rutin dilakukan tetapi ada situasi-situasi
khusus yang dihadapi oleh seorang flebotomis yang memerlukan penanganan khusus.
Oleh karena itu perlu adanya pedoman dari masing-masing fasilitas kesehatan
untuk menangani situasi-situasi khusus tersebut.
Adanya pelatihan-pelatihan khusus bagi
seorang flebotomis perlu dilakukan secara berkala untuk meningkatkan kemampuan
flebotomis di masing-masing laboratorium sehingga dapat memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara optimal dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Garza. D., Mc
Bride B.K., 1999, Phlebotomy Handbook,
Blood Collection Essential, 6th Edition., Pearson Prentice Hall,
New Jersey. pp. 185-275
Garza. D., Mc
Bride B.K., 2005, Phlebotomy Handbook,
Blood Collection Essential, 7th Edition., Upper Saddle River,
New Jersey. pp. 272-275
Mc Call. R.E,
Tankersley. C.M, 2007, Phlebotomy Essential 4th Edition.,
Lippincot Williams & Wilkins, Philadelphia. pp. 311-333
Needle
Stick Safety, 2010. Available at http://needlesticksafety.org/?cat=3 (download, 7 November 2011)
Pendergraph.G.E,
Pendergraph.C.B, 1998, Handbook of Phlebotomy and Patient Service Techniques
4th Edition., Williams & Wilkins, Baltimore. pp. 139-142
Syringe,
Analisis Laboratorium Kesehatan, 2010. Available at http://analislaboratoriumkesehatan.blogspot.com/2010/07/syringe.html (download, 7 November 2011)
Turgeon.
M.L, 2005, Clinical Hematology Theory and
Procedures 4th Edition., Elsevier Mosby, Maryland heights. pp.
29-30
Wiesen,
A., Hospenthal. D., Byrd, J., Glass, K., Howard, R., Diehl, L. 1994.
Equilibration of Hemoglobin Concentration after Transfusion in Medical
Inpatients Not Actively Bleeding. Annals
of Internal Medicine, 121 :278-280
Winged
Infusion Set 196 x 3/4" (3 ½ " Tubing), Amazon.com, 2010. Available
at http://www.amazon.com/Winged-Infusion-Set-8220-Tubing/dp/B004H6HH86 (download, 7
November 2011)